MAKALAH OBSERVASI BUDAYA
GREBEG SURO DI KOTA PONOROGO
Makalah
ditulis untuk memenuhi tugasujianakhir semester
matakuliah Ilmu Budaya Dasar
Yang
dibina oleh:
Drs. H. Yahya, M. A.
Disusunoleh:
Wahyudi 10610001
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas ujianakhir semester matakuliah Ilmu Budaya Dasar yang berjudul “GrebegSuro di Kota Ponorogo” ini pada
waktunya.
Dalam pembuatan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka Kami mengucapkan
terimakasih kepada: Drs. H. Yahya,MA selaku Dosen Ilmu Sosial Dasar dan M.
Anwar Fu’ady, M. A.
selaku Asisten
Dosen Ilmu Sosial Dasar yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
Kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalahhasilobservasi ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa dan
penyusunannya. Oleh karena itu, Kami mohon maaf atas kekurangan tersebut. Saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah hasilobservasiini.
Akhirnya Kami berharap semoga makalah hasil observasi ini dapat membawa
wawasan pengetahuan Mahasiswa Matematika Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang serta memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
sendiri pada khususnya.
Malang ,29Desember 2011
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di seluruh dunia pasti telah
mengetahui dan mendengar salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya
kebudayaan yang ada di Jawa Timur. Salah satu kebudayaan Jawa yaitu yang berada
di kota Ponorogo adalah Grebeg Suro. Setiap daerah yang berada di seluruh dunia
pada waktu datangnya bulan Muharram, setiap daerah memperingati bulan Muharram
tersebut, dengan berbagai cara dan menurut versi mereka masing-masing. Tetapi
yang sangat unik disini adalah perayaan bulan Muharram yang ada di kota
Ponorogo sangat begitu meriah dan megah.
Acara Grebeg
Suro ini selalu diadakan setiap tahun oleh pemerintah Ponorogo dan
Masyarakatnya. Sehingga acara ini termasuk acara rutinan dan bahkan menjadi
budaya yang ada di Ponorogo. Grebeg Suro ini digelar oleh masyarakat Ponorogo
untuk menyambut bulan Suro atau bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Suro. Saat
itu masyarakat Ponorogo mengadakan tirakatan semalam suntuk
dengan mengelilingi kota dan berhenti di Alun-Alun Ponorogo.
Grebeg Suro Ponorogo
merupakan acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat.
Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas
Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.
Dalam acara
Grebeg Suro ini banyak agenda didalamnya, sehingga banyak acara-acaranya
didalam acara Grebeg Suro ini. Dalam laporan observasi ini akan dibahas
berbagai hal yang mengenai acara budaya Grebeg Suro menurut versi penulis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan Grebeg Suro?
2. Apakah tujuan dan
manfaat diadakannya Grebeg Suro?
3. Bagaimana proses
Grebeg Suro diselenggarakan?
4. Apakah pengaruh
Grebeg Suro terhadap Masyarakat?
5.
Bagaimana perspektif Islam atas
Grebeg Suro?
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian Grebeg Suro
2. Untuk mengetahui
tujuan dan manfaaat Grebeg Suro
3. Untuk mengetahui
proses diselenggarakannya Grebeg Suro
4. Untuk mengetahui
pengaruh Grebeg Suro terhadap Masyarakat
5.
Untuk mengetahui perspektif Islam
atas Grebeg Suro
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi dan akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendapat yang
mengatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani,
sedangkan daya merupakan unsur jasmani manusia.Dengan demikian, budaya
merupakan hasil budi dan daya dari manusia(Winarto,2009)
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latincolere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Dalam bahasa Belanda, cultuur berarti
sama dengan culture.Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani.Dengan demikian kata budaya ada hubungannya dengan
kemampuan manusia dalam mengolah sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini adalah
pertanian. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia(Hermanto,2009)
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan
oleh para ahli.Beberapa contoh sebagai berikut: (Wikipedia)
a)
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai seperorganik.
b)
Andreas
Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur social, religious,
dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistic
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c)
Edward
B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.
d)
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e)
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya.
f)
M.
Jacobs dan B.J. Stern berpendapat bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang
meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda,
yang kesemuanya merupakan warisan social.
g)
Dr.
K. Kupper mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi
pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara
individu maupun kelompok.
h)
William
H. Haviland berpendapat bahwa kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma
yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh
para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di
tarima ole semua masyarakat.
i)
Ki
Hajar Dewantara mengatakan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
j)
Francis
Merill mengatakan kebudayaan itu pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh
interaksi social dan semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh
sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi
simbolis.
k)
Bounded
et.al mengatakan kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan
transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya
simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan
keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang
kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan,
intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
l)
Mitchell
(Dictionary of Soriblogy) mengatakan kebudayaan adalah sebagian perulangan
keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia
yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara
genetikal.
m)
Robert
H Lowie mengatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu
dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic,
kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri
melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal
atau informal.
n)
Arkeolog
R. Sokmono mengatakan kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik
berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Dari
berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
aorganisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat(Winarto,2009)
J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan
menjadi 3 yaitu: (Winarto,2009)
a)
Gagasan(wujud
ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka tersebut dalam bentuk tulisan, maka lokasi
dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku- buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut.
b)
Aktivitas(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini seing pula
disebut dengan system sosialyang terdiri dari aktifitas- aktifitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontrak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat
konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati dan
didokumentasikan.
c)
Artefak(karya)
Artefak adalah
wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas perbuatan, dan karya
semua msnusia dalam masyarakat berupa benda- benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat dan didokumentasikan.Artefak sifatnya paling konkrit diantara
ketiga wujud kebudayaan.
Koentejaradiningratmembagi wujud kebudayaan
menjadi tiga pula, yaitu:
a)
Suatu
kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan sebagainya.
b)
Suatu
kumpleks aktivias atau tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c)
Suatu
benda-benda hasil karya manusia.
Sedangkan mengenai unsure kebudayaan, dikenal
adanya tujuh unsure kebudayaan yang bersifat universal.Dikatakan universal
karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan kapanpun berada.
Unsur- unsur tersebut, yaitu: (Winarto,2009)
a)
Sistem
peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
b)
Sistem
mata pencarian hidup.
c)
Sistem
kemasyarakatan atau organisasi hidup.
d)
Bahasa.
e)
Kesenian.
f)
Sistem
pengetahuan.
g)
Sistm
religi.
Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena
manusia dianugrahi akal dan budi daya.Karena manusia adalah pencita kebudayaan
maka manusia adalah makhluk yang berbudaya. Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu
kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai bahasa,
sejarah dan sumber bacaannya atau literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang
abstrak yang secara jelas. menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang
(masyarakat). Demikian pula dalam pendekatan modern sudah banyak disiplin ilmu
lain seperti sosiologi, psikoanalisis, psikologi (perilaku) mengkaji
bermacam-macam masalah kebudayaan, yang tingkat kejelasannya bergantung pada
konsep dan penekanan masing-masing unsure konsepnya. Bahkan ada yang
bertentangan dalam hal pertanyaan tentang segi epistemologis. Walaupun
demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju
dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul
Man and His Work tentang teori kebudayaan yaitu :
a)
Kebudayaan dapat dipelajari
b)
Kebudayaan berasal atau bersumber
dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi
manusia
c)
Kebudayaan mempunyai struktur
d)
Kebudayaan dapat dipecah-pecah
kedalam berbagai aspek
e)
Kebudayaan berisifat dinamis
f)
Kebudayaan mempunyai variable
g)
Kebudayaan memperlihatkan
keteraturan yang dapat dianalisis dengan
metode ilmiah
h)
Kebudayaan merupakan alat bagi
seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi
kesan kreatifnya.
Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh E.B. Taylor maupun
dalil-dalil yang dikemukakan oleh Herkovits masih bersifat luas sehingga
pengkajian kebudayaan masih sangat bervariasi. Untuk memperoleh pengertian
kebudayaan yang lebih sistematis dan ketat, diperlukan konsensus tentang
definisi mengingat kebudayaan merupakan totalitas pandangan hidup. Untuk maksud
tersebut, Kroeber dan Klukhohn (1950) mengajukan konsep kebudayaan sebagai
kupasan kritis dari definisi-definisi kebudayaan (konsensus) yang mendekati.
Definisinya adalah Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku
mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan
oleh simbul-simbul yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari
kelompok-kelompok mausia,termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi;
pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama
keterikatan terhadap nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah
bersifat universal, dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek,
arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah sesuatu yang berharga atau baik.
Dari definisi di atas kita dapat memperoleh suatu kesimpulan mengenai
kebudayaan sebagai suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem idea tau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan wujud kebudayaan itu dapat dilihat dari benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata. Terciptanya kebudayaan itu merupakan hasil
dari interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini, mereka dapat
menciptakan kebudayaan tersebut karena manusia di anugrahi akal dan budi daya
sehingga mereka dapat menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Karena manusia
adalah pencipta kebudayaan maka manusia disebut sebagai makhluk berbudaya
karena kebudayaan merupakan ekspresi dan eksistensi manusia di dunia.dengan
kebudayaannya manusia mampu menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung dunia.
Walaupun setiap masyarakat
mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan
mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun
juga.
Sifat hakikat kebudayaan tadi
adalah sebagai berikut:
a) Kebudayaan terwujud
dan tersalurkan lewat perilaku manusia
b) Kebudayaan telah ada
terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati
dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
c) Kebudayaan di
perlukan oleh manusia dan di wujudkan tingkah lakunya
d) Kebudayaan mencakup
aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang
diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan
yang diizinkan.
Jawaban atau tanggapan
merupakan perilaku seseorang. Sebagai misal, apabila seseorang harus
menyelesaikna perselisihan yang terjadi antara
dua orang. Keinginannya untuk menyelesaikan perselisihan, keinginan
untuk tidak mengacuhkan ataupun keinginan mempertajam perselisihan tersebut,
merupakan kepribadiannya, sedangkan tindakannya dalam mewujudkan keinginan
tersebut merupakan perilakunya.
Beberapa pendapat tentang kebudayaan Indonesia Kebudayaan
Indonesia ialah kebudayaan suku-suku yang memuncak pada suatu saat. Dengan kata
lain, kebudayaan Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan suku. Sehingga dapat
dibayangkan bahwa apa yang terbaik dan paling baik dalam kebudayaan suku
menjadi kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia itu merupakan sebuah sintesa
dari berbagai macam budaya suku, melahirkan suatu yang baru. Malahan kebudayaan
Indonesia itu lain sama sekali dengan kebudayaan suku. Sesuatu yang baru, dan
lahir bukan dari suku-suku.
Timbulnya kebudayaan disebabkan oleh:
a)
Discavery ; adalah penemuan
sesuatu yang baru yang terjadi dengan tidak sengaja dan secara kebetulan serta tidak direncanakan.
Contoh penemuan obat Cina
b)
Invention : kebudayaan tercipta karena suatu rancangan/ perencanaan
kebudayaan dengan melalui suatu proses. Contoh
model pakaian, computer dan lain-lain.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena adanya:
1.
Defusi : adalah penyebaran unsur kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain antar individu antar keluarga ataupun
golongan. Difusi ini dapat menyebar dengan cara :
a.
Penetration Pacifiqua : masuknya
unsur kebudayaan dari masyarakat satu
kemasyarakat lain tanpa adanya paksaan : misalkan listrik masuk desa
b.
Penetration Hard : masuknya unsur
kebudayaan dari masyarakat satu kemasyarakat lain disertai kekerasan : misal
model pakaian yang tidak sesuai dengan adat setempat
c.
Penetration simbolik : masuknya
kebudayaan secara Berdampingan saling menguntungkan dan tidak merugikan contoh koperasi
2.
Akulturasi : adalah diterimanya kebudayaan lain/luar kemudian
diolah menjadi kebudayaan sendiri. Misalnya : politik dakwah, pendidikan. Musik
padang pasir menjadi musik gambus.
3.
Asimilasi : Terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak sama
kebudayaannya tapi dapat hidup secara berdampingan dengan damai saling mendekat
lambat laun menjadi sama bahkan menjadi model kebudayaan yang baru. Kebudayaan
ini dibentuk dari unsur yang berbeda-beda oleh mobilitas penduduk Contoh : keroncong dan langgam menjadi campur sari
Unsur-unsur kebudayaan, untuk
kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur-unsur pokok
atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universals istilah ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat
dijumpai pada setiap yang membahas persoalan tersebut secara lebih mendalam belum mempunyai
pandangan seragam yang dapat diterima. Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah
karyanya yang berjudu Universal categories of culture telah menguraikan
ulasan para sarjana mengenai hal itu.
Menurut Melvile J. Herkovits, 4 unsur pokok kebudayaan :
a. Alat-alat teknologi
b. Sistem ekonomi
c. Keluarga
d. Kekuasaan politik
Menurut Bronislaw Malinowski, unsur-unsur pokok kebudaSyaan yaitu :
a.
Sistem norma yang memungkinkan
kerja sama antara pra anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam
sekelilingnya
b.
Organisasi ekonomi
c.
Alat-alat dan lembaga atau petugas
pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
utama
d.
Organisasi kekuatan.
Menurut RaphLinton kegiatan kebudayaan (cultural activity) dibagi
menjadi :
1)
Cultural Universal pencaharian
hidup dan ekonomi, antara lain kegiatan-kegiatan pertanian, peternakan, sistem
produksi dan lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seni
tari, seni rupa, seni suara dan lain-lain
2)
Trail-comple, misalnya
kegiatan pertanian menetap meliputi unsur-unsur irigasi, sistem mengolah tanah
dengan bajak, sistem hak milik atas tanah
3)
Items, adalah unsur
kebudayaan yang paling kecil, misal bagian dari alat bajak.
Seorang
sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat, tidak akan
membatasi diri pada struktur kebudayaan tersebtt, yaitu unsur-unsurnya yang
statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut.
Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya
adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah
kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan hubungan-hubungan
dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya hubungan antar kelompok
manusia di dalam masyarakat.
Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana
dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan
raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa
di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah
batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah,
aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang
memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di
manapun dan kapanpun berada(Wikipedia).
Asal-usul
nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai
Mirah, Selo
Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang
dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah
tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga
yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo(Wikipedia).
Sejarah
diadakannya Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo adalah adanya kebiasaan
masyarakat pada malam 1 Suro yang mengadakan tirakatan semalam suntuk dengan
mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo. Pada tahun 1987 Bupati
Soebarkah Poetro Hadiwirjo melihat fenomena ini dan melahirkan gagasan kreatif
untuk mewadahi kegiatan mereka dengan kegiatan yang mengarah pada pelestarian
budaya. Sebab ditengarainya minat para pemuda terhadap kesenian khas Ponorogo
mulai luntur, untuk itu diadakanlah Grebeg Suro dan memasukkan Reog didalamnya.
Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas
Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel(Wikipedia).
Perayaan Grebeg Suro adalah
acara yang diadakan Kabupaten Ponorogo setiap tahun guna menyambut datangnya
tahun baru Islam (1 Muharram). Berbagai acara-acara dihelat di Kota Reyog dari
awal bulan November ini seperti Tari SI Potro, Istighozah, Lomba Kakang Senduk,
pameran-pameran karya masyarakat Ponorogo, pameran bonsai, Festival Reyog
Nasional XVIII, dan masih banyak lagi. Grebeg Suro memiliki arti tersendiri
bagi warga Ponorogo pada umumnya.Grebeg Suro adalah acara
tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi
yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan
Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.Grebeg suro merupakan
acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun
Jawa). Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan
Wisata Jawa Timur setiap tahun. Rangkaian Grebeg Suro di antaranya, prosesi
penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai
ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi.
Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan
grup reyog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah,
Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara meriah ini
(Wikipedia)
Kegiatan ini dirayakan untuk mengenang kejayaan kerajaan
Bantarangin yang berjaya dan dikenalnya warok ( kesatria-kesatria pilih tanding
yg sakti mandraguna. Acara yang selalu diisi dengan pelepasan sesaji, kapala
kerbau, nasi tumpeng atau yang lainnya ini menurut banyak kalangan “hanya
sebuah ritual” atau “upaya melestarikan budaya leluhur”.
Grebeg Suro berikut acara pelepasan
sesajiannya dengan maksud apa pun adalah pelanggaran yang besar terhadap ajaran
Islam. Umumnya para penyelenggara dan peserta berharap kepada Sang Pencipta
bahwa dengan acara ini mereka diberi keselamatan, kesejahteraan dan kemakmuran
serta maksud-maksud yang lainnya. Dan tidak sedikit juga -dari mereka- yang
mengharapkan hal serupa dari para leluhur. Dalam buku-buku babad Ponorogo
menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak
untuk menyebarkan Islam di Ponorogo, serta beliau adalah saudara kandung tapi
lain ibu dari Raden Patah, Sultan Demak kala itu.Sejarah diadakannya Grebeg
Suro di Kabupaten Ponorogo adalah adanya kebiasaan masyarakat pada malam 1 Suro
yang mengadakan tirakatan semalam
suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo. Pada tahun
1987 Bupati Soebarkah Poetro Hadiwirjo melihat fenomena ini dan melahirkan
gagasan kreatif untuk mewadahi kegiatan mereka dengan kegiatan yang mengarah
pada pelestarian budaya. Sebab ditengarainya minat para pemuda terhadap
kesenian khas Ponorogo mulai luntur, untuk itu diadakanlah Grebeg Suro dan
memasukkan reog didalamnya. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival
Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa
di Telaga Ngebel (Wikipedia).
BAB
III
LAPORAN
OBSERVASI
3.1 Gambaran lingkungan
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara :111°
17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan dengan
ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut, yang
berbatasan dengan :
1.
Sebelah utara Kabupaten Madiun,
Magetan dan Nganjuk.
2.
Sebelah Timur Kabupaten
Tulungagung dan Trenggalek.
3.
Sebelah Selatan Kabupaten Pacitan.
4.
Sebelah Barat Kabupaten Pacitan
dan Wonogiri (Jawa Tengah).
Adapun jarak Ibu Kota Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur
(Surabaya) kurang lebih 200 Km arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara ( Jakarta
) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Dilihat dari keadaan
geografisnya,Kabupaten Ponorogo di bagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran
tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko dan Pulung serta Kecamatan Ngebel
sisanya merupakan daerah dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai
dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan
pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas
yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan
untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan
dan kemarau.
3.2 Bentuk
Kebudayaan
Tradisi yang tepatnya diperingati pada tanggal 1 Muhharam pada kelender
Islam ini tidak hanya di peringati sebagai tradisi yang hanya dilaksankan oleh
masyarakat Ponorogo saja namun sudah menjadi agenda Tahunan Pemerintah
Kabupaten Ponorogo (Pemkab Ponorogo). Budaya ini telah dilaksanakan oleh
masyarakat sejak lama , dan hal ini sudah dianggap menjadi agenda wajib Tahunan
yang harus di laksanakan di Ponorogo. Pemerintah Kabupaten pun telah memiliki
agenda khusus dalam agenda kerja tahunan beserta dengan anggaran khusus untuk
semua acara “Grebeg Suro” Tahun tersebut.
Tradisi ini diawali dengan Kirab Pusaka yaitu pencucian pusaka-pusaka
yang dimiliki Ponorogo Oleh para orang yang dianggap memiliki peran spiritual
yang di beri amanat untuk menjaga dan setiap tahunnya mencuci pusaka-pusaka
tersebut. Pusaka yang terdiri dari Tombak dan Payung tersebut setelah dicuci
lalu diarak dari tempat penyimpanannya yang terletak di kota lama Ponorogo
menuju Alun-Alun Kota Ponorogo sekarang dengan berjalan kaki serta diiringi
dengan iring-iringan para pemimpin dan semua perwakilan masyarakat Ponorogo,
Momen ini mendapat antusiasme yang sangat baik dari seluruh masyarakat
Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat dilihat dari orang-orang yang memenuhi
sepanjang jalan yang di lewati oleh hiring-iringan tarsebut.
Setelah tradisi Kirab Pusaka telah usai dilaksnakan oleh Pemkab Ponorogo,
Selanjutnya tradisi dilanjutkan di lingkungan tempat tinggal seluruh masyarakat,
tradisi yang biasa disebut dengan “Mapak Tanggal Suran” tradisi ini berarti
menjemput tanggal di awal tahun baru Islam, biasanya seluruh masyarakat di
Ponorogo akan melakukan doa bersama atau sering disebut dengan “Selametan”
dengan membawa nasi kuning yang ditempatkan pada wadah yang terbuat deri daun
pisang yang diberi janur kelapa pada sekelilingnya, jumlah nasi kuning yang
dibawa yaitu sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang ada di dalam satu rumah
tersebut, setelah nasi kuning tersebut di kumpulkan, lalu masyarakat berkumpul
di tempat diselanggarakannya selametan,biasanya di mushola atau di
tempat-tempat biasanya dilaksanakan selametan masyarakat sering menyebut tempat
tersebut dengan sebutan “Cakruk” setelah melakukan doa bersama memohon segala
yang terbaik untuk tahun ini, selanjutnya nasi yang telah dikumpulkan tersebut
di makan bersama-sama. Acara ini berakhir sekitar pukul 8 malam.
Setelah tradisi Selametan usai biasanya seluruh masyarakat mempunyai
kebiasaaan untuk kembali menuju Alun-alun kota namun dengan berjalan kaki
bersama-sama, hal ini dipercaya bisa mendatangkan berkah bagi yang
melakukannya, disana Pemkab telah mempersiapkan berbagai acara yaitu pementasan
Seni Reog Ponorogo yang menjadi Icon dari Kabupaten Ponorogo, Biasanya sebelumnya
Pemerintah telah menyelenggarakan agenda Tahunan Yaitu Festival Reog
Internasional yang dapat di ikuti oleh berbagai group Reog dari seluruh
Indonesia maupun luar negeri yang ingin ikut serta dalam Festival tersebut,
Festival yang memperebutkan tropi bergilir bagi pemenangnya ,Festival ini
diselenggarakan sejak 30 atau 15 hari sebelum puncak acara “Grebeg Suro”
tersebut dilaksanaka.
P`da puncak perayaan “Grebeg Suro” telah ditentukan siapa juara dari
Ferstival Reog Internasional tersebut, dan telah dipilih Group Reog Terbaik
yang akan tampil di malam tersebut, setelah semua prosesi tersebut selesai
acara malam itu diakhiri dengan pesta kembang api. Kembang api menandakan bahwa
perayaan malam Grebeg Suro telah berakhir, namun masih ada 1 acara lagi, yaitu
“Larung Sesaji” yang dilaksanakan keesokan harinya Bertempat di Telaga Ngebel
Ponorogo.
Telaga yang Dipercaya banyak memiliki arti spiritual maupun budaya bagi
Masyarakat Ponorogo. Acara Ini Diawali dengan doa bersama oleh para orang-orang
yang dianggap tetua dan dipercaya memiliki peran secara spiritual di Ponorogo,
acara ini juga dihadiri oleh Bupati dan para pegawai Pemerintah yang lain,
selain itu acara ini juga dihadiri oleh masyarakat yang masih sanngat antusias
untuk mengikuti tradisi tersebut.
Acara ini dilaksanakan di tepi telaga yaitu segala sesajen yang akan
dilarung depersiapkan diatas sebuah rakit yang akan dibawa ketengah telaga oleh
seorang perenang yang akan melarung sesajen tersebut, setelah sesen di beri
doa-doa tertentu selanjutnya perenang tersebut bersiap-siap untuk berenang
membawa sesajen tersebut menuju tengah telaga dan menenggelamkannya. Dengan
tenggelamnya sesajen tersebut dan dengan berakhirnya acara Larung Sesaji
tersebut maka berakhir pula Prosesi acara “Grebeg Suro” yang diselenggaraka
pada tahun tersebut.
3.3 Permasalahan kebudayaan yang terjadi
Dalam buku-buku bab Ponorogo menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri
Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Ponorogo,
serta beliau adalah saudara kandung tapi lain ibu dari Raden Patah, Sultan
Demak kala itu.
Bahkan banyak para mubaligh di Ponorogo yg “memaksakan” kata WAROK yg
berarti WARA, yg istilah dalam bahasa arab artinya “orang yg menjaga dari
hal-hal yg subhat”. Jadi memang tidaklah berlebihan kalau Ponorogo menjadi
sebuah ikon sebuah kota yg islami.
REYOG merupakan sebuah kesenian asli dari Ponorogo yang bahkan menjadi
icon pariwisata propinsi Jawa Timur. REYOG tidak bisa dilepaskan dari Ponorogo,
karena apabila orang menyebut REYOG yang terlintas adalah Ponorogo dan demikian
pula sebaliknya, kalau menyebut Ponorogo yg ada dalam fikiran adalah REYOG.
Konon REYOG ini merupakan salah satu media dakwah para da’i saat itu
untuk memasukkan Islam ke tengah masyarakat.
Sekarang kita lihat “nafas” yang ada di Ponorogo. Sejenak, kita
tinggalkan pondok pesantren yang mempunyai ribuan santri yang selalu
dibanggakan oleh sebagian masyarakat Ponorogo. Kita lihat acara Grebeg Suro
yang menjadi agenda tahunan bagi pemerintah daerah dan masyarakat Ponorogo.
Setiap perayaan Grebeg Suro yang memakan waktu hampir 3 minggu di awali
dengan pentas tari si POTRO yang dilanjutkan dengan Simaan Al Qur’an dan
Istigotsah yang dihadiri ribuan masyarakat Ponorogo.
Hari-hari berikutnya diisi dengan pameran-pameran industri, pangan atau
pembangunan serta perlombaan-perlombaan mulai dari bidang agama sampai dengan
festival REYOG.
Acara-acara ini umumnya masih berupa acara kesenian biasa yang merupakan
produk budaya dari masyarakat. Tetapi yang patut menjadi catatan disini adalah
adanya sebuah ritual khusus, yaitu apa yang disebut Kirab Pusaka dan Larung
Risalah di Telaga Ngebel.
Kebiasaan tersebut, menurut informasi yang saya terima tidak mempunyai
latar belakang sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan. Kalau memang benar,
bahwa Batoro Katong itu adalah penyebar agama Islam, dan WAROK adalah alih
bahasa dari WARA yg artinya menjaga dari hal subhat, berarti kita harus bicara
dalam konteks ajaran Islam yang benar.
Ajaran Islam yang bagaimana yang mengagung-agungkan pusaka atau senjata,
sehingga harus di arak keliling kota. Dan lagi, ajaran islam apa yang
mengajarkan bahwa sebagai bukti syukur kita kepada Tuhan itu adalah dengan cara
“melarung ” tumpeng dan segala macam makanan ke dalam telaga Ngebel ? Walaupun
toh katanya, disamping tumpeng yang dilarung juga ada risalah doa (rajah) yang
ikut dilarung.
Bukannya rajah-rajah tersebut adalah simbol kesyirikan yang para ulama
sepakat bahwa hal tersbut adalah haram dan yang melakukannya di cap sebagai
musyrik.
Dari sini kita sudah mendapatkan kerancuan tentang sejarah Ponorogo. Bisa
jadi teori yang menyatakan bahwa Batoro Katong adalah da’i yang ditugaskan
untuk memasukkan Islam ke Ponorogo hanyalah sebuah teori yang dipaksakan.
Bagaimana mungkin seorang da’i dan seorang yang selalu menjaga hal-hal
subh`t, menurunkan kebiaasaan “larung tumpeng” (walaupun sekarang diganti
menjadi larung risalah) yang tidak ada penjelasan sedikitpun dari
sumber-sumber Islam baik Sunnah Nabi maupun Al Qur’an Karim.
Dan ada juga ritual khusus
seperti sesaji yang terdapat dala acara Grebeg Suro. Dan ini pun juga sangat
jauh dari ajaran agama islam. Sehingga sampai sakarang, ritual-ritual tersebut
masih selalu dilakukan ketika ada acara – acara besarseperti grebeg suro.
Mereka yang melakukan ini bertujuan bahwa agar selamat, rasa syukur kepada Sang
Maha pencipta dan lain sebagainya.
3.4 Penyebab
Munculnya permasalahan Kebudayaan
Acara Grebeg
Suro sudah menjamur di kota Ponorogo. Dan ini merupakan kesenian dan budaya
yang ada disana. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa acara tersebut sangat
menarik dan mengundang berbagai masyarakat dan mancanegara. Tetapi disisi lain
terdapat acara GREBEG Suro terdapat ritual-ritual khusus yang tidak jelas
asal-usulnya. Sebab dalam sejarah berdirinya Ponorogo dimana dalam buku Babad
Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997). Diceritakan, bahwa asal-usul nama Ponorogo
bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai
Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di
tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah
tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana
Raga”yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga
terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup,
permono, wadi sedangkan Raga berarti badan atau jasmani. Kedua kata tersebut
dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia
hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan
pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang
memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mnempatkan diri
dimanapun dan kapanpun berada. Sehingga dari sini kita tahu bahwa tidak mungkin
para tokoh yang sebagai pencetus sejarah dan para tokoh tersebut juga sebagai
kyai atau ahli agama, mengajarkan hal-hal yang tidak ada dalam agama islam.
Sehingga disini terdapat tanda tanya
besar, dari mana ritual-ritual yang ada sekarang. Sehingga sampai sekarang
permasalahan itu tetap timbul, tetapi mungkin masyarakat sekarang hanya sebagai
penerus budaya, dan mungkin tidak tahu asul-asul ritual berasal dari mana. Sehingga terdapat dua perpsektif yang
sangat berbeda dengan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Dan sampai
sekarang pun, perbedaan itu tetap ada. Karena ritual-ritual khusus itu sudah
menjadi budaya dan sekarang masyarakat sudah pandai menganalisa suatu budaya
yang berbeda arah dengan agama islam. Seperti larungan tumpeng di Ponorogo,
bagi mereka yang menyakini acara larungan tumpeng harus dirayakan karena
sebagai simbul rasa syukur yang Tuhan limpahkan nikmat selama ini. Dan mereka
juga berkeyakinan acara tersebut juga membawa keselamatan unttk kehidupan masa
depan. Dan bagi masyarakat yang tidak menyakini hal-hal tersebut, sangat tidak
setuju akan kegiatan larung tumpeng. Karena didalam ajaran islam bersyukur
tidak diimplimentasikan dengan acara-acara atau ritual-ritual yang sakarang
masih terjadi. Islam mengajarkan bersyukur dengan etika dan cara yang sangat
baik. Jadi permasalahan sampai sekarang terjadi adalah ketidakserasian tentang
ritual-ritual dalam acara Grebeg Suro.
3.5 Dampak Masalah
Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat
Sampai saat ini, tidak ada masalah tentang perbedaan pandang tentang
Grebeg Suro. Karena setiap golongan mempunyai cara-cara sendiri untuk
memperingati dan melakukan aktivitas ketika bulan Muharram atau Suro. Banyak
orang Islam dan tahu tentang ajaran islam, tetapi sampai saat ini budaya
Ponorogo yang didalamnya juga terdapat ritual-ritual khusus masih lestari.
Seakan-akan hal tersebut benar. Sehingga semua orang beranggapan bahwa itu
memang sudah budaya. Jadi tidak bisa direvolusi lagi. Tetapi sampai kapan
hal-hal yang bertentang dengan ajaran agama seperti kirap senjata dan larung
risalah dimana acara tersebut penenggelaman tumpeng. Apakah para tokoh yang
membabat kota Ponorogo mengajarkan seperti itu. Dan lebih bahayanya adalah pada
anak cucu mereka. Mereka tidak tahu apa-apa dan mereka hanya sebagai ahli waris
budaya. Jadi, masalah terbesar sekarang adalah menggadaian aqidah yang bisa
menyengsarakan anak-anak mereka nanti, bahkan kita sendiri di akherat kelak.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa
Menurut Ki Hajar Dewantara mengatakan
kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap
dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib
Jika dikaitkan dengan unsur-unsur budaya yang
didalam ada tujuh unsur dan manusia sebagai pencipta kebudayaan karena manusia
dianugrahi akal dan budi daya. Dengan akal dan budi itu manusia menciptakan dan
mengembangkan kebudayaan. Sehingga ritual-ritual yang terdapat pada acara
Grebeg Suro merupakan hasil cipta manusia sekarang. Bisa disebut Invention yaitu kebudayaan tercipta
karena suatu rancangan/ perencanaan kebudayaan dengan melalui suatu proses.
Seperti larungan tumpeng yang
terdapat di Telaga Ngebel Ponorogo.
Menurut Bounded et.al mengatakan kebudayaan adalah sesuatu yang
terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui
simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang
digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu
masyarakat. Pesan-pesan tentang
kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan,
intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu. Dalam acara Grebeg suro, sebagaian
masyarakat Ponorogo yang terdiri dari berbagai acara dan didalamnya juga
terdapat ritual-ritual. Seperti halnya kirap pusaka. Budaya ini sebagai simbol
untuk mengenang jasa-jasa leluhur mereka. Kemudian larungan tumpeng bertujuan
sebagai simbol atau wujud rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa atas kenikmatan
yang diberikan. Dengan mwngadakan acara seperti ini akan mebawa berkah dan
keselamatan masyarakat ponorogo.
Menurut RaphLinton kegiatan kebudayaan (cultural activity) dibagi
tiga salah satunya Cultural Universal pencaharian hidup dan ekonomi,
antara lain kegiatan-kegiatan pertanian, peternakan, sistem produksi dan
lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seni tari, seni rupa,
seni suara dan lain-lain. Grebeg Suro di Ponorogo ini termasuk dalam cultural Universal karena didalam acara
Grebeg Suro ini salah satunya seni reog. Sehingga ini termasuk dalam kegiatan
kebudayaan. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat. Memang acara ini bukan dari leluhur mereka, tetapi diciptakan oleh
anak cucu leluhur yang bertujuan untuk mengenang jasa-jasa leluhur mereka.
Sehingga tidak heran kalau ini menyebabkan konflik antara masyarakat sendiri.
4.2 Solusi
Menurut penulis, setiap hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan adalah
mitos belaka yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya dengan berpikir secara
rasional. Banyak yang meyakini adanya kirab pusaka disaat malam 1 suro itu
membawa berkah. Sebenarnya, kita tidak boleh berpikiran seperti itu karena
dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang tidak mengetahuinya.
Mempercayai hal semacam itu sudah mendekati dengan kesyirikan. Maka dari itu,
kita sebagai mahasiswa dan penerus bangsa kita harus mempertahankan budaya kita
sendiri dengan membandingkan pada agama sebagai kdyakinan kita dalam
menyingkapinya. Agar kita tidak jauh menyimpang dari keyakinan kita sendiri.
Kita harus bisa berpikir secara rasional dan mengurangi hal-hal yang bersifat
mistis atau syirik dalam upacara kirap pusaka tersebut. Kirap pusaka bukanlah
ajang untuk melakukan pemujaan, melainkan seuatu acara yang mungkin mempunyai
makna tersendiri. Tidak mungkin leluhur kita melakukan upacara seperti itu
untuk hal-hal yang menyesatkan. Kita harus menempatkan tujuan utama dalam acara
itu yakni intropeksi diri dan menjauhkan dari sifat pemujaan, yang kini menjadi
keyakinan mereka yang mengikutinya. Kemudian tentang sesaji yang dilakukan di
Telaga Ngebel. Itu suatu kegiatan yang sangat jauh berbeda dengan ajaran islam.
Bersyukur tidak harus dilakukan dengan cara tumpeng di bawa ke tengah Telaga.
Mengenang jasa leluhur tidak harus dengan cara itu. Tidak mungkin leluhur kita
mengejarkan seperti itu. Dan mungkin ini dibuat atau diadakan oleh cucu
leluhur. Sehingga kita harus tahu sejarah dan mengapa itu dilakukan. Sebagai
mahasisiwa kita harus tahu dan mengenal sekaligus pelestari budaya, kita harus
bias memilih budaya kita yang mana bernilai baik dan sesuai ajaran agama.
Sehingga kita tidak tersesat pada budaya yang salah pengertian. Jadi selain menjadi
penerus budaya, kita harus juga bisa menganalisis budaya kita. Seandainya
budaya kita tidak sesuai dengan ajaran agama khususnya Islam, kita benahi dan
kita serasikan dengan ajaran agama kita. Sehingga kita menjadi manusia yang
berbudaya dan bernuansa islam khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Irwan dkk.2006.Budaya Barat Dalam
Kacamata Timur Pengalaman dan Hasil Penelitian Antropologis di Sebuah Kota di Jerman.Yogjakarta:PustakaPelajar
Koentjaraningrat.2002.Kebudayaan Metalis dan Pembangunan.Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama
Koentjaraningrat.1997.
Manusia mentalitet dan
Pembangunan.Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama
Winarto dan Hermanto.2009.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, Sulaiman.1999.Pengantar Pendidikan Budaya.Surabaya:Usaha Nasional
Kadir, M.A.
2005. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti
Soekanto, S.
1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Grebeg_Suro
http://www.mediaindonesia.com/mediat...-Suro-Ponorogo
http://www.pawargo.com/2011/11/grebe...rogo-2011.html
http://www.seputar-indonesia.com/edi...t/view/445616/
http://www.mediaindonesia.com/mediat...-Suro-Ponorogo
http://www.pawargo.com/2011/11/grebe...rogo-2011.html
http://www.seputar-indonesia.com/edi...t/view/445616/
http://id.wikipedia.org/wiki/Grebeg_Suro
3 komentar:
Thanks, Buat refrensi ya....
Fyi budaya lebih dulu lahir drpd agama
Casino Games & Coupons - MJH Hub
Visit our promo code and use these 속초 출장샵 casino games. Newer 인천광역 출장안마 players 군산 출장마사지 get a 50% 삼척 출장마사지 cashback 경기도 출장마사지 on their first purchase, up to $2,000.
Posting Komentar